Pengamanan Gedung Pemerintah "Kuat" di Birokrasi

 


Siapa juga tamunya, bila akan masuk gedung pemerintahan, harus turut ketentuan yang diputuskan faksi manajemen kantor (kementerian/instansi) berkaitan.

Manfaat Tepung Daun Turi Untuk Ayam Laga

Pada beberapa kantor-kantor pemerintahan di Jakarta, mulai masuk area parkir, buat beberapa pengawainya jauh-beberapa hari telah diingatkan mengenai jati diri yang perlu dikenai di dada.


Petugas keamanan tidak menanyakan siapa yang tidak berdisiplin, terkecuali atas perintah atasan, seperti tidak kenakan jati diri diri. Satpam umumnya tidak menyapa karyawan karena takut lakukan kekeliruan dalam soal memberikan peringatan. Seperti, bila saja pegawai itu telah terlatih kenakan jati diri serta di lain kali lupa, karena itu si petugas (Satpam) cukup mengingat siapakah pelakunya saja.


Dapat jadi, saat selesai parkir, si Satpam tidak mendapatkan uang panduan. Karenanya jangan mencoba. Atau dapat jadi dia dimarahi karena dipandang tidak ketahui siapa sebenarnya pegawai itu. Apalagi bila yang berkaitan telah jadi petinggi, bisa jadi juga uang honor Satpam ke depan jadi "seret".


Satpam di gedung pemerintahan harus tahu tahap kepangkatan seorang. Bila karyawan telah eselon dua, perlakuannya tidak sama. Dia harus pintar mencari muka, contohnya membuka pintu mobil saat sampai di teras lobi kantor.


Tetapi, tentunya hal tersebut tidak berlaku di tiap kantor pemerintahan. Ada sich yang baik. Tetapi yang pasti, perlakuan itu tidak berlaku buat si tamu yang berkunjung ke kantor pemerintah.


Jika tamunya akan hadapi menteri, atau petinggi kantor ditempat, karena itu kepentingan jati diri tamu tidak begitu penting untuk diberi pertanyaani. Tidak sama buat tamu untuk pegawai kecil, karena itu si tamu diharap isi daftar tamu serta tinggalkan jati diri (KTP).


Itu telah jadi mekanisme walau kenyataansnya perlakuan setiap kantor berlainan. Ada kantor yang prosesnya longgar serta ada juga yang memperlihatkan kesan-kesan "angker".


Momen terbakarnya Kantor Kejaksaan Agung Republik Indonesia yang berlangsung pada Sabtu (22/08/2020) malam kira-kira jam 19.00 WIB, benar-benar kelewatan.


Kelewatan sebab kejadiannya belum begitu malam. Kantor pemerintahan, pada pukul semacam itu umumnya masih berisi bermacam kesibukan. Apalagi di kantor yang bertemu dengan pekerjaan penegakkan hukum.


Tetapi, jangan buru-buru cepat-cepat melimpahkan tanggung jawab dari momen itu pada petugas penyelamatan (keamanan) atau Satpam gedung yang bekerja malam itu.


Kenapa?


Ya, sebab pekerjaan penyelamatan gedung tidak sampai mengurus semua kesibukan di setiap lantai. Satpam semakin banyak duduk di lobi kantor. Duduk asyik sekalian mengobrol. Jarang-jarang sekali mengecek naik ke setiap lantai.


Seandainya saja ada pekerjaan di lantai spesifik, si Satpam bisa ketahui lewat monitor monitor CCTV. Cukup sampai disana. Lalu, saat pekerjaan di lantai spesifik usai, ada seorang menyerahkan kunci pada si Satpam dengan dibarengi uang panduan. Beres.


Jangan begitu cepat mempersalahkan Satpam gedung pemerintah. Penyebabnya, mekanisme birokrasinya demikian "cantik". Tetapi, penerapan manajemen pemantauan belum menyenangkan.


Mengapa begitu?


Ya, barusan. Kepentingan birokrasinya berkesan bagus tapi pada realisasinya jauh dari menyenangkan. Serta, bila kita banding dengan kerja Satpam di gedung swasta di Jakarta, pasti dari bagian etos kerjanya jauh tidak sama.


Di kantor swasta, terutamanya gedung bertingkat, tiap Satpam mempunyai pekerjaan untuk selalu bergerak mengatur pekerjaan tiap lantai.


Penulis yang sempat merasai kerja malam hari pada gedung bertingkat 22, sempat melihat beberapa petugas keamanan tidak tidur, kerja sesuai dengan skema.


Ada satu skema yang menggerakannya, yakni lewat kunci pintu di atas pintu (genting) yang memberikan jam berapakah. Dia juga harus mencatat di saat itu berdiri pada lantai berapakah, di tempat pintu mana.


Di setiap lantai ada alat pemadam kebakaran di kotak kaca, yang umumnya ada dekat lift serta tiap orang gampang menemuinya. Jika berlangsung momen kebakaran, siapa juga dapat mencapainya. Tinggal pecahkan kacanya, lalu dioperasionalkan sesuai dengan panduan.


Postingan populer dari blog ini

Kota paling tua yang dulu pernah bertahan di dalam Bumi

A argument is actually percolating amongst the historians

Thai saving laborers that replied to unexpected urgent phone telephone calls coming from Cambodian